Bicara di PPI UK, Kepala BPPK: Manajemen Pengetahuan Permudah Akses Pengetahuan

Sekretariat Badan

Sabtu, 27 Februari 2021 21:24 WIB

<p><img src="" width="540" style="display: block; margin: auto;"></p><h6 class="ql-align-center"><em>Kepala BPPK Rionald Silaban menjadi narasumber pada diskusi daring Nusantara Virtual Cafe yang digagas PPI UK</em></h6><p><br></p><p><strong>[Jakarta] Sabtu, 27 Februari 2021</strong>. Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPI UK) menyelenggarakan diskusi bertajuk <em>Nusantara Virtual Cafe </em>pada Sabtu pagi (27/2) waktu London atau sekitar pukul 16.00 WIB. Kegiatan yang dilakukan secara daring dan disiarkan langsung melalui kanal Youtube LPDP RI dan BPPK Kemenkeu RI tersebut diikuti oleh para pelajar Indonesia di Inggris Raya, akademisi serta pihak pemerintah dengan mengusung tema "<em>Research and Knowledge Creation in a Time of Crisis". </em></p><p><br></p><p>Diskusi tersebut menghadirkan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Rionald Silaban sebagai narasumber bersama dengan Prof. Dr. Jann Hidajat Tjakraatmadja, dan Dyah Adi Sriwahyuni. Dimoderatori oleh Fanny Diandra, mahasiswi magister Sheffield Hallam University, diskusi ini membedah peran penting manajemen pengetahuan bagi organisasi di tengah pandemi Covod-19.</p><p><br></p><p>Dalam kesempatannya, Rionald Silaban mengisahkan bagaimana Kemenkeu bertransformasi menjadi organisasi pembelajar di sektor publik dengan mengandalkan manajemen pengetahuan. Kemenkeu memiliki lebih dari 82 ribu pegawai, sehingga perlu mengembangkan sistem manajemen pengetahuan untuk memastikan para pegawainya terlibat aktif dalam pembelajaran. "Kalau sebelumnya pembelajaran hanya sebatas pada diklat, dan pengetahuan hanya terdokumentasi dalam bentuk bahan ajar, maka dengan sistem manajemen pengetahuan membuat pengetahuan lebih mudah diakses kapanpun, dimanapun, dan oleh siapapun," terang Rionald.</p><p><br></p><p>Keberhasilan implementasi manajemen pengetahuan di Kemenkeu menurut Rionald terletak pada budaya organisasi. Tiga hal yang dilakukan untuk membangun budaya belajar tersebut antara lain adanya komitmen pemimpin unit untuk mendorong penerapan sistem. Kedua pembelajaran harus berbasis pengalaman kerja di lapangan, bukan hanya di dalam kelas pelatihan. Terakhir Rionald menekankan pentingnya <em>coaching</em> dan <em>mentoring</em> antara atasan dan bawahan untuk membudayakan transfer pengetahuan. <strong>(azz)</strong></p>