Berita :: Tingkatkan Kualitas Pembelajaran Digital dan PJJ, BPPK Kunjungi Universitas Terbuka

Tingkatkan Kualitas Pembelajaran Digital dan PJJ, BPPK Kunjungi Universitas Terbuka

Sekretariat Badan

Senin, 12 April 2021 16:39 WIB

<img src="" width="624"><h6 class="ql-align-center">Peserta benchmark dari BPPK menyimak paparan Prof. Daryono dari UT mengenai proses bisnis dan evolusi PJJ</h6> [Jakarta] Senin, 12 April 2021. Pagi ini, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) mengadakan kunjungan benchmark secara daring ke Universitas Terbuka (UT). Benchmark tersebut bermaksud untuk meningkatkan pengembangan desain maupun kualitas pembelajaran digital dan jarak jauh di BPPK. Membuka kegiatan benchmark, Kepala Bagian Kepegawaian Azah Widati menyampaikan apresiasi kepada Prof. Daryono selaku narasumber dari UT yang telah bersedia menerima kunjungan dari BPPK. Azah menyebutkan, UT telah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan jarak jauh (PJJ) selama puluhan tahun. "Tentunya hal ini akan menjadi manfaat bagi kami (BPPK) untuk berguru kepada yang sudah berpengalaman dalam menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh ini," ujar Azah. Pada benchmark kali ini, Prof. Daryono memaparkan materi tentang latar belakang penyelenggaraan PJJ pada sistem pendidikan nasional. Selain itu, pria yang menjabat sebagai Kepala Pusat Riset dan Inovasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh tersebut juga berbagi mengenai proses bisnis dan evolusi PJJ yang telah diselenggarakan oleh UT. "Dalam proses pembelajaran di UT, kami mengadopsi salah satunya adalah sistem ABC Learning Design. Ini kita pergunakan untuk membuat matriks tentang jenis pembelajaran apa yang akan kita terapkan. ABC Learning Design ini sangat simpel dan mudah untuk digunakan," terang Prof. Daryono. "Jadi apabila Bapak Ibu sekalian sudah memiliki learning activities dan learning tools-nya apa, capaiannya apa, nanti dari situ dapat ditentukan bagaimana bentuk pembelajarannya. Apakah akuisisi dari pengetahuan, kolaborasi, diskusi, investigasi, latihan, atau produksi. Ini akan sangat simpel apabila kita gunakan dalam rangka membuat learning design yang relatif inklusif," imbuhnya. "Inklusif artinya tidak hanya akuisisi pengetahuan atau dokumen materi, namun juga mampu menumbuhkan keinginan mahasiswa untuk practicing atau doing something, seperti misalnya terlibat dalam project tertentu," pungkas Prof. Daryono. Benchmark yang berlangsung kurang lebih selama tiga jam tersebut mampu dimanfaatkan dengan baik oleh para peserta BPPK yang hadir. Suasana diskusi dan tanya jawab berjalan secara mengalir dalam rangka menggali dan menerapkan inovasi pembelajaran yang telah dilakukan oleh UT untuk disesuaikan dengan proses bisnis yang ada di BPPK. (LH)

Layanan Informasi Unit