home
Berita
Pengumuman
Artikel
Video
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2023
Learning Organization : Berbagi Kini, Bermanfaat Nanti
Balai Diklat Keuangan Pontianak
Jumat, 16 April 2021 15:45 WIB
ditulis oleh
Rizky Febriawan Ariyanto, BDK Pontianak
Sharing is Caring. Quote populer yang seringkali kita dengar dalam keseharian dan berbagai kesempatan. Kepedulian dalam bentuk berbagi seharusnya bukan lah sekadar kutipan yang nyaman diucapkan, melainkan juga konsisten untuk diterapkan. Penerapannya bisa dillakukan di mana saja: di rumah, di pasar, di warung kopi, di sekolah, bahkan di lingkungan kerja yang suasananya lebih formal. Meskipun demikian, selain dengan cara formal, berbagi pun sejatinya juga bisa dilakukan secara nonformal, dalam berbagai bentuk dan jenis kegiatan di lingkungan kantor. Budaya berbagi, baik disadari atau tidak, akan membuat sebuah kantor tidak hanya berfokus dalam menjalankan proses bisnis, tetapi juga membentuknya sebagai learning organization atau organisasi pembelajaran.
Perubahan dan ketidakpastian membuat budaya berbagi menjadi suatu aktivitas yang penting sekali untuk selalu dilakukan. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak akhir 2019 adalah contoh nyata betapa perubahan dan ketidakpastian terjadi begitu cepat. Imbasnya banyak usaha atau kegiatan yang berhenti di jalan, tapi tak sedikit pula yang tetap bertahan, bahkan makin berkembang. Yang bertahan adalah yang mampu beradaptasi dengan perubahan. Dalam konteks organisasi, pandemi turut memengaruhi proses bisnis dan aktivitas pekerjaan. Respons cepat dan tepat serta kemampuan beradaptasi dengan dinamis dalam mengikuti perubahan yang terjadi menjadi kunci bertahannya suatu organisasi.
Kemampuan merespons perubahan dan beradaptasi dengan kondisi tak lepas dari budaya berbagi di antara insan-insan yang ada di dalam organisasi. Kebiasaan berbagi secara konsisten membentuk sebuah organisasi mampu membangun dan mengembangkan iklim haus belajar. Seperti yang dikatakan Peter Senge (1990),
Organisasi yang membebaskan para anggotanya untuk mengembangkan diri--dan juga berbagi tentu saja--dapat dikatakan sebagai organisasi yang menerapkan dan menjalankan konsep learning organization. Organisasi ini menjadi bagian dari ekosistem pembelajaran yang diusung oleh para anggota yang mau dan semangat untuk terus belajar, mencari, menggali, dan menyebarkan pengetahuan yang didapatnya. Ekosistem ini belum lah sempurna tanpa dilengkapi teknologi yang memadai. Adanya teknologi dapat mengakselerasi proses transfer knowledge sehingga suatu knowledge yang diperoleh oleh anggota organisasi dapat cepat tersebar dan tersampaikan ke anggota organisasi lainnya dengan tepat dan akurat. Teknologi lah yang berperan besar dalam proses ini.
Pentingnya berbagi dalam konteks learning organization tidak hanya bermanfaat bagi kelangsungan organisasi saat menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang sedang terjadi. Learning organization adalah investasi, belajar yang sudah menjadi budaya dapat mendorong individu maupun organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, kompetensi, dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Hingga pada saatnya nanti, akan mendorong perbaikan berkelanjutan, mendukung pencapaian tujuan, memperkaya inovasi, dan kemampuan untuk menghadapi perubahan (Senge, 1990).
Dengan prinsip berbagi, investasi yang bersumber dari aset pengetahuan dan hasil pembelajaran anggota organisasi tidak boleh berhenti di satu dimensi, dalam hal ini dimensi individu. Aktivitas belajar yang sudah menjadi suatu kebiasaan perlu terus ditingkatkan hingga akhirnya seorang insan organisasi menjadi reflektif, senantiasa mempertanyakan mengapa sesuatu dilakukan dengan cara tertentu. Selalu belajar untuk terus belajar.
Hasil belajar yang sudah didapatkan oleh setiap individu dari refleksi pembelajaran perlu diperluas dimensinya sehingga terjadi pergerakan pengetahuan dan pengalaman yang lancar ke seluruh organisasi melalui kelompok-kelompok pembelajar. Pada tahap ini, learning organization akan meningkatkan pembelajaran kelompok sebagai keterampilan utama dengan cara dialog, diskusi, dan berbagi pengalaman. Secara otomatis, refleksi menjadi berkembang dalam level dimensi kelompok, terutama tekait pekerjaan yang mereka telah lakukan agar perbaikan yang diperlukan dapat segera dilakukan.
Setelah learning organization berjalan dalam level kelompok, pada akhirnya organisasi adalah pucuk dari budaya belajar dan berbagi itu sendiri. Dalam dimensi organisasi, learning organization menghubungkan pembelajaran dengan transformasi organisasi. Atau dengan kata lain, belajar adalah tentang mengembangkan organisasi itu sendiri sehingga tidak ada kata "mati" bagi organisasi. Organisasi menjadi sistem pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan pembelajaran dan berbagi di antara setiap individu dan juga kelompok.
Kementerian Keuangan melalui skema Kemenkeu Corporate University (Kemenkeu Corpu) merupakan contoh organisasi yang menerapkan learning organization. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan menjadi katalisator sekaligus penggerak Kemenkeu Corpu untuk membudayakan learning organization di lingkup Kementerian Keuangan. Dengan Kemenkeu Corpu yang menjadi strategi dalam mencapai visi dan misi Kementerian Keuangan dalam rangka perwujudan link and match antara pembelajaran, pengelolaan pengetahuan, dan penerapan nilai-nilai dengan target kinerja Kementerian Keuangan, setiap pegawai didorong untuk terus belajar dan belajar untuk pengembangan diri sendiri dan organisasi pada akhirnya.
Berbagai media dan model pembelajaran telah disediakan untuk terus membudayakan learning organization di Kementerian Keuangan. Salah satunya, dengan fasilitas Kemenkeu Learning Center (KLC), media pembelajaran digital pendukung proses pembelajaran yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja, baik melalui laman maupun aplikasi yang dapat diunduh di ponsel pintar. Dengan KLC yang meng-capture semua pengetahuan dan pengalaman eksplisit dan impliist terkait pengelolaan keuangan negara, para pegawai Kementerian Keuangan dapat mengembangkan kompetensinya masing-masing untuk kemudian diaplikasikan di lingkungan kerjanya.
Selain KLC, contoh lain penerapan budaya learning organization terlihat dari model 10 : 20 : 70 dalam pembelajaran, yakni 10% untuk structured learning, 20% untuk social learning, dan 70% untuk action learning. Ketiga jenis learning tersebut membebaskan para pembelajar untuk terus aktif belajar dalam situasi pembelajaran yang berbeda-beda, baik secara terstruktur dalam suasana klasikal atau nonklasikal, melalui coaching dan mentoring dari atasan atau pegawai berpengalaman, serta mengaplikasikan secara langsung hasil belajar yang didapat dari dua porsi learning sebelumnya.
Dengan secara konsisten melakukan semua hal di atas, gaung #belajartanpabatas akan terwujud sebagai aktivitas nyata dan bukan lah sekadar slogan di media sosial. Pada akhirnya, learning organization akan terus bergerak dan menjadi budaya yang memperkuat nilai-nilai organisasi Kementerian Keuangan. Kebermanfaatannya dapat langsung dipetik saat ini dan juga untuk saat nanti, sebagai sumber pengetahuan dan pembelajaran di masa depan.
Layanan Informasi Unit
Layanan Informasi Kediklatan dan Pembelajaran
Layanan Bantuan dan Pengaduan
Informasi Publik