home
Berita
Pengumuman
Artikel
Video
Laporan Kinerja BDK Manado
Laporan Keuangan BDK Manado
Pengaduan
Instagram
Youtube
Facebook
Jawaban Ibu atas Pertanyaan Anaknya
Balai Diklat Keuangan Manado
Rabu, 31 Juli 2019 04:01 WIB
[Manado] 30 Juli 2019. Hari Selasa (30/7) menjadi momen spesial bagi peserta Latsar CPNS Golongan II Periode V se-Indonesia. Dalam balutan Bincang Hangat dengan Ibu Menteri Keuangan RI, para peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan dan menerima jawaban/nasehat secara langsung dari Ibu Menteri Keuangan. Berikut ini beberapa pertanyaan dari perwakilan peserta latsar dari setiap balai diklat dan jawaban yang disampaikan oleh Ibu Menteri Keuangan.
Kesie, BDK Balikpapan
(Q) Sejauh ini apakah peran ASN sebagai aparat perekat dan pemersatu bangsa sudah terlaksana dengan baik? Apabila belum, apa yang harusnya diperbaiki dan ditingkatkan bagi CPNS Kemenkeu maupun kementerian lain agar bisa melaksanakan peran tersebut?
(A) Sangat iya. ASN sudah menjadi perekat bangsa. Banyak ASN sekarang memiliki aspirasi bahkan disampaikan melalui sosial media. Mungkin aspirasi atau pernyataannya bisa bermacam-macam. Oleh karena itu, saya sampaikan kepada kalian sebagai ASN. Saat kalian sudah masuk sebagai ASN jangan lupa apa yang kalian upload di sosial media tidak lagi menggambarkan kepentingan/kehidupan kalian sendiri, melainkan menjadi cermin Kementerian Keuangan secara tidak langsung. Jadi semenjak hari ini, suka atau tidak suka, kalian membawa nama baik Kementerian Keuangan. Oleh karena itu, saat ini Kementerian Keuangan memperkenalkan etika. Tidak hanya etika dalam bergaul atau bertata krama, tetapi juga etika di dalam bersosial media. Karena reputasi kalian dan Kementerian Keuangan menjadi terikat. ASN harus mencerminkan di dalam sikap keseharian, bertutur kata, bersosial media, menyampaikan pikiran itu menggambarkan sebagai wakil dari Aparatur Sipil Negara.
Rizki, BDK Cimahi
(Q) Kita sudah memasuki dan menjalani revolusi industri 4.0 dimana kita erat sekali dengan digitalisasi dan kondisi yang memaksa kita dengan proses bisnis yang senantiasa berubah, menyesuaikan diri. Kesiapan mental dan wawasan apa yang kita perlukan untuk menjadikan tantangan tersebut menjadi kekuatan bagi kita (ASN) untuk mewujudkan cita-cita negara?
(A) Sekarang orang sudah membuat proyeksi, nanti kalau ada robot banyak pekerjaan yang hilang. Contohnya di Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara, dulu DJPBN jumlah pegawainya 14.000 sekarang hanya tinggal 7.000. Karena dulu sekitar 14 tahun lalu, proses pembayaran dari satker DJPBN dibayar langsung “pakai amplop”, tidak melalui Bank, sehingga orang antri di Kantor Kementerian Keuangan. Akibatnya muncul antrian dan calo. Mereka mencari cara agar diproses duluan, sehingga pencairan dananya lebih dulu. Lalu kami reformasi habis dengan mengenalkan Modul Penerimaan Negara (MPN). Sekarang kalau bayar pajak langsung ke Bank tanpa ke kantor Kementerian Keuangan. Lalu dibuat SPAN, pembayaran langsung melalui Bank atau transfer langsung ke account. Akibatnya, yang terjadi seluruh front office kantor perbendaharaan negara tidak dibutuhkan. Jadi kalau membicarakan tentang industri 4.0 itu kita bisa merasakan sendiri secara langsung. Dari Kementerian Keuangan revolusi dari sisi pengelolaan, proses bisnis, dan teknologi informasi terus dilakukan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pelayanan ke masyarakat dengan teknologi kita kurangi interaksi untuk menciptakan kredibelitas, perbaikan pelayanan, serta menghindari korupsi. Jadi kesiapan ASN yang berhubungan teknologi ini, kalian masuk di Kementerian Keuangan harus punya mental bahwa teknologi akan hadir dan terus akan hadir.
Firmansyah, BDK Manado
(Q) Di seratus tahun Indonesia merdeka birokrasi adalah penopang kemajuan bangsa. Apa yang harus kami siapkan dan modal apa yang harus kami sediakan agar birokrasi di Indonesia seratus tahun ke depan bisa lebih baik, bisa menjadikan Indonesia emas?
(A) Jangan pernah takut untuk punya ambisi, apalagi ambisi yang baik. Karena ini yang akan membuat degup dari birokrasi menjadi sangat kencang dan kita akan menjadi birokrat yang efisien, maju, ingin terus inovatif, kreatif. Birokrat yang demikian hanya terdiri dari orang-orang seperti kalian yang selalu berpikir saya ingin maju, saya ingin lebih baik, besok harus lebih baik lagi. Saya ambisius karena saya tahu apa yang saya mau.
Silvia, BDK Denpasar
(Q) Kami sebagai ASN mempunyai tugas dan fungsi untuk menjunjung tujuan Negara sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Saat ini sudah berjalan revolusi industri dimana teknologi sudah berkembang pesat, sebagai generasi Milenial sekaligus ”posisi karir” paling bawah di Kementerian Keuangan bagaimana kami mengikuti opini dari ”atas” sedangkan pribadi kami sebagai milenial sangat mudah terpengaruhi dengan adanya teknologi? Bagaimana kami secara masive dapat menjalani peran kami sehingga dapat menyatukan opini sesuai ketentuan yang berlaku?
(A) Kalian hidup di era yang berbeda dengan era kami. Jaman saya tidak ada internet, handphone, bahkan smartphone. Siaran televisi pun cuman satu channel. YouTube, Facebook, dan Instagram pun belum ada. Saya tidak peduli dengan penampilan karena tidak ada yang foto-foto, tidak ada yang upload, tidak ada yang mempedulikan. Kalian sekarang setiap hari sibuk menunjukkan bahwa kalian ”you are so top”. Sehingga otak kalian 85% mungkin disibukkan dengan ”what is in my social media”, status saya seperti apa, yang lain sedang melakukan apa, kenapa yang lain melakukan itu, kenapa saya tidak melakukan itu. Jadi, sekarang yang membedakan kesuksesan kalian adalah your ability to screen then to select. Milenial yang sukses adalah milenial yang mampu untuk menyaring dan memilih. Karena hidup kalian sekarang di hidup yang plenty, berlebihan. Yang tidak ada sekarang ada, yang tidak butuh pun diadakan. So your problem is not access, your problem is to select. Memilih yang dikaitkan dengan tujuan hidup kalian. Sehingga kalau anchor kalian adalah saya bagian dari Republik Indonesia yang pengen maju, maka dibutuhkan orang-orang yang berpikiran kreatif, kalian jadi memilih seperti itu.
Fery, BDK Makassar
(Q) Bagaimana kita sebagai milenial menyaring informasi yang dapat memecah belah kesatuan bangsa tanpa menghilangkan peran kami sebagai ASN? Bagaimana kita sebagai milenial yang dikenal labil memberikan layanan secara konsisten kepada masyarakat dengan latar belakang yang berbeda?
(A) Cari channel dan gunakan social media yang baik. Kalau di social media muncul berbagai macam informasi yang memecah belah. Pertama, kalian tidak perlu harus baca itu. Kedua, lebih parahnya kalau kalian baca dan forward ke WA Group. Jangan mem-broadcast informasi sampah. Jangan biarkan jempol kalian kerja tanpa otak dan hati.
Siska, BDK Pekanbaru
(Q) Salah satu cara agar menjadi aparat negara yang berguna adalah dengan meningkatkan kompetensi, sehingga kita dituntut terus belajar. Bagaimana jika lingkungan kerja kurang mendukung?
(A) Kalau cuma orang komentar seperti itu, tidak usah didengerin. Sebentar lagi perayaan 17 Agustus, salah satu lombanya adalah panjat pinang. Mental panjat pinang jangan ditunjukkan di tempat kerja (kalau ada pegawai yang bagus dikomentari). Kalau Indonesia dipenuhi oleh mental panjat pinang, denominasinya rendah, jadi orang biasa-biasa saja, kalau yang bagus dikucilkan. Itu yang mau jadi bagus dia berat, yang lain mental looser itu menjadi menjangkit di institusi. Mental juara jangan pernah meng-entertain dan mau diintimidasi dengan pemikiran seperti itu. To be a winner is lonely. If you gonna be a leader, if you gonna be a champion, you have to prepare to be alone. Menjadi champion tidak berarti kalian melecehkan orang lain, menjadi arogan, sombong, paling pinter, merasa hebat. Karena a good leader, a good champion, dia mau untuk hidup bersama dengan yang tidak sama dengan dia. Harus tetap belajar berinteraksi.
Suasana Video Conference Bincang Hangat Bersama Menkeu di BDK manado
Layanan Informasi Unit
Layanan Informasi Kediklatan dan Pembelajaran
Layanan Bantuan dan Pengaduan
Informasi Publik