home
Berita
Pengumuman
Artikel
Video
Kontak
Pengaduan Internal
Email Pengaduan
WiSe Kemenkeu
Peran Growth Mindset vs. Fixed Mindset pada Pengembangan Diri dan Orang Lain
Pusdiklat Kepemimpinan dan Manajerial
Rabu, 28 Desember 2022 09:20 WIB
(Arwandha Prawirantri, Asesor SDM Aparatur, Pusdiklat Kepemimpinan dan Manajerial)
Pendahuluan
Ketika bekerja mungkin kita pernah melihat atau mengalami situasi yang mirip dengan kedua pernyataan berikut ini:
“Ide kamu inovatif, kamu memang pintar”
“Saya mengerjakan bagian ini saja ya. Saya yakin hasilnya bagus karena saya sudah biasa. Kalau bagian itu tolong tugaskan orang lain saja. Kalau saya yang mengerjakan takut gak bagus hasilnya”.
Pernyataan pertama menggambarkan pemikiran bahwa inovasi dihasilkan oleh orang yang pintar. Pernyataan kedua menggambarkan pemikiran pegawai untuk mengerjakan sesuatu yang sudah dikuasai ketimbang mencoba hal baru, karena merasa khawatir akan hasil kerja yang buruk. Kedua pernyataan tersebut dihasilkan oleh sebuah pola pikir atau mindset individu. Peran penting mindset atau pola pikir dalam menjalani kehidupan sehari-hari telah banyak dipelajari dan diteliti oleh para ahli, salah satunya adalah Carol S. Dweck, seorang profesor bidang psikologi dari Stanford University. Ia memperkenalkan konsep Growth Mindset dan Fixed Mindset. Individu yang memiliki growth mindset meyakini talenta seseorang dapat dikembangkan melalui kerja keras, strategi yang baik, dan masukan dari orang lain. Sementara individu dengan fixed mindset meyakini bahwa talenta merupakan sesuatu yang dibawa sejak lahir. Dalam konteks organisasi, pegawai akan merasa lebih berdaya dan berkomitmen ketika organisasi mendukung prinsip growth mindset melalui sistem kerja yang mendukung kolaborasi dan inovasi.[1] Dimana hal ini tentunya dapat berdampak pada kinerja pegawai dan organisasi. Studi yang dilakukan oleh Wiguna & Netra (2020) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara growth mindset terhadap performa kerja, karena pegawai yang memiliki growth mindset memiliki pola pikir yang mendorong mereka untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan kerja sehingga menghasilkan peningkatkan performa kerja.[2]
Growth Mindset vs. Fixed Mindset
Profesor Carol S. Dweck menyampaikan bahwa mindsets pada dasarnya adalah suatu keyakinan (beliefs) yang berada didalam pikiran individu. Individu memiliki pilihan mindset apa yang akan digunakan. Namun mindsets memiliki peran yang besar dalam menentukan perilaku individu, mindset memiliki kekuatan untuk mengarahkan individu dalam bertindak atau merespon suatu kejadian. Growth mindset dan fixed mindset sendiri bukanlah suatu dikotomi, oleh karenanya individu dapat memiliki sebagian ciri growth mindset maupun fixed mindset. Berikut penjelasan ringkas growth mindset dan fixed mindset yang disampaikan Profesor Carol S. Dweck Dalam bukunya Mindset: The New Psychology of Success [3]:
Orang-orang dengan growth mindset maupun fixed mindset dapat merasakan suatu kesuksesan dan kegagalan dengan rasa yang sama. Kesuksesan atau keberhasilan akan membawa semangat dan optimisme. Begitu juga dengan kegagalan merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan atau bahkan menyakitkan. Namun bagi fixed mindset, kegagalan atau keberhasilan menentukan keberhargaan dan kemampuan diri, karena ini adalah suatu pembuktian akan kemampuan mereka. Apabila berhasil berarti mereka mampu, sebaliknya apabila gagal berarti tidak mampu. Sehingga ketika menemui kegagalan akan timbul perasan tidak berharga, tidak mampu yang membuat mereka ingin menyerah dan tidak mau mencoba lagi, bahkan mereka bisa juga melampiaskan emosi ke orang lain. Sedangkan bagi growth mindset, kegagalan ataupun keberhasilan tidak menentukan nilai diri. Walaupun merasa stress ketika menghadapi kegagalan, mereka siap mengambil risiko, menghadapi tantangan dan terus berusaha meningkatkan kemampuan dengan belajar.
Penilaian orang lain menjadi hal penting bagi individu fixed mindset karena hal ini menjadi validasi atas kemampuan mereka. Ketika mereka sukses maka orang lain akan menilai baik. Hal ini dapat mengurangi keinginan mereka untuk mengambil tantangan baru yang tidak dikuasai karena dapat berisiko membuat mereka tampil buruk. Kalaupun mereka mengerjakan sesuatu yang baru, itu adalah hal yang mereka yakini dapat memberikan hasil yang baik. Sebagaimana pernyataan kedua pada Pendahuluan di atas, pegawai cenderung mengerjakan tugas yang diyakini memberikan hasil baik dan cenderung menolak tugas diluar kemampuan mereka dimana mereka karena khawatir hasil tidak bagus. Adapun bagi growth mindset, mereka tidak membutuhkan validasi orang lain atas kemampuan mereka, namun mereka mengharapkan penilaian berupa umpan balik yang dapat membantu pengembangan diri.
Orang-orang growth mindset akan berfokus pada pengembangan dan melihat hambatan sebagai sebuah tantangan, sehingga perlu memberikan upaya untuk dapat mengatasinya. Mereka tidak mengejar kesempurnaan dalam waktu yang singkat, karena mereka memahami bahwa belajar membutuhkan sejumlah waktu atau proses. Sebaliknya bagi fixed mindset, fokus kepada sifat-sifat yang bersifat permanen. Mereka melihat talent sebagai bawaan lahir shingga merasa khawatir akan tantangan baru dan kurang menghargai proses atau usaha. Mereka melihat bawaan lahir yang baik akan memberikan hasil baik. Sebagaimana pernyataan pertama dan kedua pada Pendahuluan di atas. Pernyataan pertama bahwa orang pintar akan menghasilkan ide inovatif dengan sendirinya karena kepintaran yang dibawa sejak lahir. Penyataan kedua, pegawai cenderung mengerjakan tugas yang diyakini memberikan hasil baik dan cenderung menolak tugas diluar kemampuan mereka, karena khawatir apakah mereka dapat mengatasi tantangan tugas baru.
Fixed mindset melihat usaha diperlukan bagi orang yang tidak memiliki kemampuan. Bahwa orang yang hebat adalah orang yang dalam bekerja tidak memerlukan banyak usaha, karena mereka terlahir pintar. Di lingkungan sosial, seringkali kita mendengar pujian tidak tepat sasaran, misalnya “wah dia memang genius, walaupun baru 1 kali mengerjakan soal itu, dia langsung bisa memecahkan masalahnya” atau “wah cerdas sekali dia, jarang belajar, tapi nilai ujiannya bagus”. Pujian tersebut seakan-akan memberikan penilaian bahwa orang cerdas atau genius tidak butuh banyak usaha. Apabila ada orang yang berusaha keras, berarti dia tidak cerdas atau genius. Mereka khawatir akan pemikiran bahwa mereka sudah berusaha keras namun tetap gagal yang artinya menunjukkan ketidakmampuan mereka. Sebaliknya growth mindset menghargai usaha karena mereka meyakini untuk menguasai sesuatu maka perlu ada usaha dan mereka menikmati setiap proses belajar tersebut. Mereka menekankan pada upaya mencari strategi untuk meraih keberhasilan, bukan bisa atau tidak bisa meraih keberhasilan. Bagi mereka bahkan seorang genius harus berusaha keras untuk meraih kesuksesan.
Fixed mindset cenderung untuk menyembunyikan kekurangan. Mereka ingin menunjukkan kelebihan mereka untuk mendapat pengakuan atau pembenaran orang lain atas kemampuan mereka. Sehingga umpan balik yang diharapkan adalah tanggapan yang positif. Sementara bagi growth mindset, kekurangan tidak perlu disembunyikan dan hal tersebut dapat diatasi dengan belajar. Untuk itu mereka membutuhkan dan mengharapkan dapat memperoleh informasi akurat yang benar-benar menggambarkan diri mereka yang sebenarnya, dan dapat menjadi masukan untuk membuat mereka menjadi lebih baik. Pemberian umpan balik dalam hal ini menjadi penting, karena apabila pegawai diberikan pujian yang jujur menggambarkan kemampuan mereka maka hal tersebut menjadi informasi berharga untuk evaluasi dan pengembangan. Umpan balik yang ‘manis’ untuk sekedar bersikap sopan atau menghargai, malah tidak akan membantu pengembangan diri sendiri dan juga orang lain.
Menumbuhkan Mindset
Setelah melihat bagaimana gambaran individu dengan growth mindset dan fixed mindset, sebagian dari kita mungkin merasa bahwa kita memiliki beberapa karakteristik di kedua pola pikir tersebut. Pola pikir yang telah bertahun-tahun tertanam dalam kepala kita tidak akan hilang begitu saja karena itu sudah menjadi bagian dari cara kita berpikir dan bertindak. Kemudian apa yang bisa dilakukan untuk menguatkan growth mindset dalam cara berpikir kita? Sebagaimana diajarkan oleh Profesor Carol S. Dweck, berikut garis besar strategi dari buku beliau yang berjudul Mindset: The New Psychology of Success [4]:
Growth Mindset dan Kompetensi Pengembangan Diri dan Orang Lain
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Manajemen Talenta Aparatur Sipil Negara, Pasal 17 Ayat (2) huruf b menyebutkan growth mindset (kemampuan belajar cepat dan mengembangkan diri) sebagai salah satu potensi talenta yang diukur ketika akan memetakan talent Aparatur Sipil Negara (ASN). Kemampuan belajar dengan cepat dan mengembangkan diri juga selaras dengan salah satu kompetensi manajerial bagi ASN yaitu Pengembangan Diri dan Orang Lain. Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara, kompetensi Pengembangan Diri dan Orang Lain didefinisikan sebagai “Kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan dan menyempurnakan keterampilan diri; menginspirasi orang lain untuk mengembangkan dan menyempurnakan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan pekerjaan dan pengembangan karir jangka panjang, mendorong kemauan belajar sepanjang hidup, memberikan saran, bantuan, umpan balik, bimbingan untuk membantu orang lain untuk mengembangkan potensi dirinya”.
Berdasarkan pengertian diatas, individu perlu memiliki keyakinan untuk terus mengembangkan diri dan orang lain melalui proses belajar sepanjang masa. Dalam konteks lingkungan kerja, proses belajar dan bertumbuh ini perlu mendapatkan dukungan dari rekan, atasan, dan organisasi. Rekan dan atasan dapat berperan antara lain dalam pemberian bantuan, bimbingan, dan umpan balik agar individu dapat terus mengembangkan potensi dan kompetensi yang dimiliki. Setiap pegawai adalah rekan bagi pegawai lainnya dan dapat juga merupakan atasan bagi pegawai lain. Organisasi juga dapat berperan dengan memfasilitasi kebijakan dan fasilitas program pengembangan pegawai. Hal ini menunjukkan proses belajar yang tidak dapat dilakukan secara sendiri namun memerlukan peran pihak lain sehingga pegawai dapat berkembang optimal.
Penutup
Growth mindset merupakan keyakinan bahwa kualitas dasar individu dapat dikembangkan melalui usaha, strategi, dan bantuan dari orang lain. Setiap orang dapat dilahirkan dengan bakat yang berbeda, namun apapun itu setiap orang dapat bertumbuh dan meraih kesuksesan melalui pengalaman dan pembelajaran. Dengan dukungan rekan, atasan, dan organisasi, pegawai dapat terbuka menerima tantangan tugas, terus belajar dan bangkit walaupun menemui kegagalan. Meninggalkan ‘zona nyaman’ untuk dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan baru tentu membutuhkan waktu dan upaya, maka bersabarlah dan terus berusaha karena kita sedang bertumbuh. Josh Waitzkin, seorang mantan pemain catur dari Amerika dan penulis buku mengatakan "The key to pursuing excellence is to embrace an organic, long-term learning process, and not to live in a shell of static, safe mediocrity. Usually, growth comes at the expense of previous comfort or safety."[5]
[1] Carol Dweck, “What Having a “Growth Mindset” Actually Means” https://hbr.org/2016/01/what-having-a-growth-mindset-actually-means (diakses pada tanggal 26 Desember 2022, pukul 16.21)
[2] Wiguna, I. W. E, & Netra, I. G. S. K. (2020). The Influence of Growth Mindset, Self-Efficacy, and Emotional Intelligence on Employee Performance at Jimbaran Bay Beach Resort and Spa. American Journal of Humanities and Social Sciences Research, 4(12), 175-179.
[3] Carol S. Dweck, Ph.D. (2006). Mindset: The New Psychology of Success. New York: Penguin Random House LLC
[4] Ibid.
[5] fimela.com, “5 Hal penting yang disadari setelah 10 tahun Menjadi Perempuan Karir” https://id.berita.yahoo.com/5-hal-penting-yang-disadari-064510357.html?guccounter=1&guce_referrer=aHR0cHM6Ly93d3cuZ29vZ2xlLmNvbS8&guce_referrer_sig=AQAAAK4bELr9KSOH4CefMiKBk48bX8TTP5Tx95qC6GVskJSoJzjfm93nrTWqncJ_pkTrFaHXJIGg4AC5Ua3AMduIZe8EwpvkQX3nhVU9YS5Rf1jAnI6dzq3Xb5_O65lHVZXcImGKK6iPF8WuO0OlHDARdUN7fsOabc3N6jrcynHribYf (diakses tanggal 27 Desember 2022, pukul 01.28)
Layanan Informasi Unit
Layanan Informasi Kediklatan dan Pembelajaran
Layanan Bantuan dan Pengaduan
Informasi Publik