home
Berita
Pengumuman
Artikel
Video
Sub Menu 1
Sub Menu 2
Sub Menu 3
Sub Menu 4
Sub Menu 5
Jembatan Ampera, Lambang Eksotisme Kota Palembang
Balai Diklat Keuangan Palembang
Selasa, 13 Desember 2022 15:05 WIB
Jembatan Ampera merupakan salah satu jembatan bersejarah di Indonesia, yang terletak di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Jembatan megah yang memiliki panjang 1.117 meter ini membentang membelah garis keindahan perairan Sungai Musi, menghubungkan wilayah Seberang Ulu dan Ilir Kota Palembang. Jembatan Ampera mulai dibangun pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno, tepatnya pada tahun 1962 dan diresmikan pada tanggal 10 November 1965, bersamaan dengan peringatan Hari Pahlawan. Jembatan Ampera, sempat dinamakan dengan Jembatan Soekarno. Hal ini sebagai simbol ungkapan terima kasih masyakarat Provinsi Sumatera Selatan kepada Presiden Soekarno atas peranan dan dedikasi beliau yang telah merealisasikan cita-cita masyarakat Sumatera Selatan, khususnya Palembang. Namun kemudian, karena persoalan politik yang terjadi di tanah air, pada tahun 1966 nama Jembatan Seokarno secara resmi diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat), sebagai sebuah simbol kemerdekaan dari amanat penderitaan rakyat Palembang.
Foto oleh Angga Sunda Prima
Pada mulanya, Jembatan Ampera dirancang agar bagian tengah jembatan ampera dapat dinaikkan, sehingga kapal-kapal besar yang melintasi perairan Sungai Musi tidak tersangkut oleh badan jembatan. Aktivitas naik turunnya bagian tengah jembatan ini dilengkapi dengan peralatan mekanis, yaitu berupa dua bandul pemberat, masing-masing sekitar 500 ton di dua menara jembatan. Namun sejak tahun 1970, aktivitas naik turun bagian tengah jembatan ini tidak lagi dilakukan. Waktu untuk mengangkat badan jembatan yang cukup lama menjadi salah satu pertimbangan alasan tidak dilanjutkannya lagi aktivitas ini. Untuk satu kali proses penaikan bagian tengah jembatan, biasanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit, dimana hal ini dinilai sangat mengganggu arus lalu lintas. Selain itu, seiring berjalannya waktu, semakin berkurangnya kapal-kapal besar yang melintasi Sungai Musi juga menjadi pertimbangan dihentikannya aktivitas naik turunnya bagian tengah Jembatan Ampera ini. Dan pada tahun 1990, kedua bandul 500 ton di dua menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini yang dapat membahayakan keselamatan masyarakat yang melintasi jembatan.
Jembatan Ampera sangat vital perannya bagi masyarakat Kota Palembang dan sekitarnya. Dengan adanya pembangunan Jembatan Ampera, tentu banyak memberikan perubahan terhadap kesenjangan yang terjadi antara dua wilayah ini. Manfaat terbesar yang dapat dirasakan adalah kemudahan akses transportasi bagi masyarakat Palembang. Dengan adanya kemudahan transportasi ini tentu dapat membantu kelancaran hubungan antara masyarakat Ilir dan Ulu, serta dapat memperlancar seluruh aktivitas masyarakat.
Foto oleh Dramanti Maharani
Sebagai ikon kota Palembang, Jembatan Ampera terus mengalami perubahan dan peremajaan. Pada malam hari, Jembatan Ampera dihiasi dengan lampu-lampu yang berderet sepanjang jembatan sehingga tampak indah dan eksotis. Dari atas Jembatan Ampera dapat terlihat Benteng Kuto Besak yang terletak tak jauh dari jembatan. Benteng Kuto Besak merupakan sebuah benteng bersejarah peninggalan Sultan Mahmud Badaruddin I pada abad ke-18 yang masih kokoh berdiri hingga sekarang. Salah satu cara yang unik untuk menikmati pemandangan sekitar adalah menikmati hidangan makanan khas Palembang di warung terapung. Warung terapung merupakan warung berbentuk perahu yang mengapung di perairan tepi Sungai Musi. Para pengunjung dapat menikmati keindahan pesona Jembatan Ampera dan Sungai Musi pada malam hari. [DM]
Layanan Informasi Unit
Layanan Informasi Kediklatan dan Pembelajaran
Layanan Bantuan dan Pengaduan
Informasi Publik